Jumat, 18 Maret 2011

Panggung Untuk Ibu Gubernur

Panggung Untuk Ibu Gubernur

Laporan: Subur Ratno, Pekanbaru

BANDAR Seni Raja Ali Haji, Sabtu (12/3) pukul 12.00 WIB. Beberapa orang penari memasuki red karpet yang terbentang di depan sebuah panggung besar. Diatas panggung yang didominasi warna kuning, duduk tokoh-tokoh dan elit politik negeri ini. Orang nomor satu di bumi lancang kuning yakni Gubernur Riau HM Rusli Zainal juga tampak hadir. Gubernur kharismatik dari Riau ini sedikit santai, mengenakan kemeja berwarna putih dengan peci hitam melekat diatas kepalanya. Tidak jelas, apakah kehadiran gubernur yang biasa dipanggil RZ, dalam kapasitas sebagai Gubernur Riau, atau sebagai suami calon walikota Septina, atau bahkan sebagai salah satu Ketua DPP Partai Golkar. Bisa jadi adalah ketiga-tiganya. Disamping Rusli Zainal, juga ada Prof Isjoni, salah seorang kandidat calon walikota yang gagal melaju ke arena “pertempuran”. Kemudian, ada Muhammadun Royan, Ketua Tim Pemenangan Septina-Erizal, Bupati Indragiri Hulu Yopi Arianto yang juga Ketua DPD Partai Golkar Inhu, dan petinggi-petinggi partai koalisi pengusung Septina-Erizal. Tidak ketinggalan, ayahanda dan ibunda Septina, yang juga tokoh legendaries Riau, H. Ismail Suko dan Hj Roslaini juga tampak diatas panggung.

Para penari itu dengan lemah gemulai memulai menari. Disamping para penari, ada dua orang yang berdiri tegak sambil memegang sebuah baliho kurang lebih berukuran 2x 4 meter. Baliho itu bertuliskan SEPTINA PRIMAWATI RUSLI-ERIZAL MULUK, MEMBANGUN NEGERI UNTUK SEMUA. Kedua ujung baliho, diikat sebuah tali yang menghubungkan beberapa balon udara diatasnya. Balon-balon itu berwarna-warni, ada yang merah, kuning, hijau dan biru. Bisa jadi, warna balon merupakan simbol warna “kebanggaan” partai koalisi. Sang Master of Ceremony (MC) kemudian memanggil yang punya hajat untuk turun dari panggung. Tak berapa lama, kemudian tampak seorang perempuan berkaca mata menggunakan baju teluk belanga khas melayu berwarna kuning turun dari panggung diikuti oleh seorang lelaki yang juga mengenakan baju melayu berwarna kuning. Tak ketinggalan, tamu kehormatan yang berada diatas panggung juga ikut turun mendampingi. Sejurus kemudian, balon yang membawa baliho itu dilepas ke udara. Tepuk tangan dari puluhan ribu hadirin pun bergemuruh di areal yang pernah menjadi tempat dilangsungkannya MTQ Tingkat Nasional pada tahun 1994 itu. Itulah prosesi launching dan deklarasi pasangan calon Septina dan Erizal Muluk yang akan maju pada pemilukada Pekanbaru mendatang.

Pasangan yang lebih dipopularkan dengan istilah Berseri (Bersama Septina dan Erizal) ini memastikan diri maju sebagai calon walikota dan wakil walikota Pekanbaru setelah secara resmi mendaftar ke KPUD pada hari Rabu (8/3) lalu. Tercatat, lima partai politik besar berada dibarisannya yakni Partai Golkar, PAN, PPP, PKB dan Gerindra. Total perolehan kursi partai koalisi itu di DPRD Kota Pekanbaru mencapai 21 kursi. Hampir mencapai separuh dari 45 jumlah seluruh wakil rakyat Kota Bertuah ini. Sebelumnya, dikabarkan PDIP juga akan ikut bergabung, namun pada detik-detik akhir PDIP akhirnya lebih memilih mendukung pasangan Firdaus MT-Ayat Cahyadi. Demikian juga, Partai Demokrat awalnya sempat nyaris memastikan mendukung Septina-Erizal seperti dikatakan Sekretaris DPD Partai Demokrat Provinsi Riau kepada wartawan beberapa waktu yang lalu. Namun kemudian, pada batas akhir pendaftaran calon, partai pemenang Pemilu 2009 di Kota Pekanbaru itu lebih memilih mendukung pasangan Firdaus MT-Ayat Cahyadi. Dikabarkan, Ketua DPD Partai Demokrat Riau HR Mambang Mit sempat marah-marah atas pernyataan Koko Iskandar diberbagai media itu.

Kiprah Septina Primawati Rusli di panggung politik sebenarnya belum teruji. Selama ini, ia lebih dikenal sebagai istri Gubernur Riau HM Rusli Zainal. Paling banter, ia merupakan tokoh yang turut membesarkan berbagai organisasi kewanitaan di Riau. Tercatat, ia menjadi ketua dan pembina beberapa organisasi kewanitaan semisal PKK, BKMT, BKOW, Dharma Wanita dan lain-lain. “Septina Primawati yang sesungguhnya tidak ada apa-apanya. Kekuatan Septina sebenarnya justru berada pada lingkaran orang-orang yang berada di lingkarannya. Ia tidak mengerti apa-apa. Dia hanya seorang ibu rumah tangga yang besar akibat dari limpahan kekuasaan yang ada pada suaminya,” ujar Saiman Pakpahan, pengamat politik dari Universitas Riau kepada Daulat pekan lalu.

Hubungan Septina dan Erizal Muluk juga sempat memanas menjelang penetapan calon oleh DPP Partai Golkar. Erizal Muluk, sang Ketua Golkar Kota Pekanbaru jauh-jauh hari sudah berancang-ancang untuk maju sebagai calon walikota, bukan wakil walikota. Menjelang pemilukada, DPP Partai Golkar sudah mengadakan survey hingga dua kali yang hasilnya menyatakan Erizal Muluk sebagai kandidat yang memiliki tingkat elektibilitas tertinggi. Erizal muluk pun sebenarnya telah menyiapkan calon pasangannya yakni Evi Meiroza yang tak lain adalah istri walikota Herman Abdullah. Namun, peta politik menjelang pendaftaran calon berbalik 360 derajat. DPP Partai Golkar tiba-tiba justru menetapkan Septina sebagai calon walikota yang diusung. “Nah, itulah politik,” ujar Saiman Pakpahan. Seorang Erizal akhirnya bisa mentolerir demi mendapatkan kekuasaan. Padahal, kata Saiman posisinya saat ini kan juga wakil walikota. “Dimensi kekuasaan memang resonansinya luar biasa. Mereka mau kemudian mengalah sedikit asalkan masih ada dalam gerbong kekuasaan itu,” tambah Saiman.

Mengenai keputusannya menggandeng Erizal Muluk, istri gubernur flamboyan dari Riau itu menuturkan “selain menjabat sebagai wakil walikota, beliau (Erizal-red) telah menunjukkan pengabdian serta kiprah sebagai abdi masyarakat, telah teruji, berdedikasi terhadap pekerjaan, sederhana, konsisten dan toleran”. Septina juga mengatakan bahwa Erizal Muluk merupakan pebisnis yang handal dan ekonom yang cerdas, serta ulet dan bertanggung jawab. “Seorang wakil walikota yang berfikir utuh, loyal, cermat dan jauh dari keinginan yang hanya untuk kepentingan sendiri,” ujar Septina ketika deklarasi pasangan Berseri di arena purna MTQ Sabtu pekan lalu.

DPP Partai Golkar memang menyerahkan sepenuhnya kepada Septina untuk memilih calon pendampingnya. Hal inilah yang kemudian santer diberitakan berbagai media massa, membuat Partai Demokrat yang semula akan menjadi mitra koalisi balik kanan. Sebagai partai pemenang pemilu di Kota Bertuah dan memiliki kursi terbanyak di DPRD Kota Pekanbaru, Demokrat mempunyai ambisi mendudukkan kadernya pada posisi wakil walikota.

Dalam orasi politiknya ketika deklarasi pekan lalu, Septina memfokuskan perhatiannya pada berbagai persoalan-persoalan kota yang menghendaki penyelesaian yang serius. Beberapa persoalan yang dikemukakan Septina antara lain, pertama: pembangunan harus menyentuh seluruh lapisan warga kota. Kedua, Kemiskinan dan pengangguran harus ditanggulangi dengan berbagai pendekatan kearah perbaikan taraf hidup secara utuh dan menyeluruh. Ketiga, pelayanan kesehatan, tidak boleh ada diskriminasi. Semua warga miskin perkotaan harus mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. Keempat, sector pendidikan yang berkualitas dan menjangkau semua usia peserta didik harus dikembangkan untuk memberantas kebodohan. Kelima, sarana dan prasarana perkotaan yang mempunyai jatidiri sebagai kota yang mencerminkan pusat budaya Melayu haruslah dapat diwujudkan. Termasuk penataan infrastruktur ekonomi seperti pasar, pelabuhan dan terminal serta prasarana jalan dan jembatan, listrik, dan pengelolaan air bersih secara professional. “Semua itu harus segera dibangun dengan dukungan APBD Kota Pekanbaru yang bersinergi dengan APBD Provinsi Riau, APBN atau bahkan pinjaman lunak dari luar negeri,” ujar putri sulung tokoh fenomenal Riau, H. Ismail Suko itu.

Kota Pekanbaru dalam pandangan Septina bukan sekedar kota otonom tetapi sekaligus ibukota provinsi Riau yang menjadi barometer diberbagai aspek kehidupan politik, aspek pemerintahan, dan aspek pembangunan kemasyarakatan. “Sebagai ibukota provinsi Riau yang kini berkembang sangat pesat, dinamika kemajuan kota harus dikendalikan dan disinergiskan dengan pemerintahan provinsi Riau,” tegas istri gubernur Riau tersebut. Pekanbaru diibaratkan Septina seperti penghuni satu rumah antara pemerintah kota dan provinsi Riau. Karena itu, kata Ketua Dekopin Kota Pekanbaru ini, kepemimpinannya harus seiring sejalan dalam memutar roda ekonomi dan pembangunan. “Tidak boleh ada ruang pertentangan dalam satu rumah yang berujung pada hasil kerja yang kontra produktif yang dapat merugikan masyarakat,” ujarnya.

Jargon “Membangun Negeri Untuk Semua” yang menjadi slogan pasangan Berseri ini, menurut Septina didasarkan atas kenyataan sosial kota Pekanbaru. Dalam kacamata Septina, kota Pekanbaru dalam tahun-tahun mendatang akan menjadi kota metropolis. Jumlah penduduknya yang berjumlah satu juta lebih dan terdiri dari berbagai suku bangsa yang heterogen harus dapat dijadikan potensi untuk memajukan kota. “Selain dihuni oleh suku Melayu, Minang, Jawa, Sunda dan Tapanuli dan etnis Thionghoa, Kota Pekanbaru menaungi berbagai etnis yang melambangkan kebinekaan bangsa dan menjadi miniatur Indonesia,” papar Septina menceritakan ispirasi jargon kampanyenya itu.

Mantan Menteri Agama RI, Said Agil Al Munawar yang hadirkan panitia untuk memberikan orasi, menegaskan bahwa sudah saatnya wanita tidak dinomorduakan lagi dalam dunia perpolitikan. Hal ini, menurutnya dapat diterapkan di Kota Pekanbaru yang sedang melakukan pesta demokrasi. “Saya melihat figure Septina sudah layak menjadi Walikota Pekanbaru. Perempuan tidak hanya selalu hanya menjadi nomor dua. Tetapi sudah dapat menjadi nomor satu untuk memberikan bakti kepada masyarakat Kota Pekanbaru,” ujar mantan orang nomor satu di Kementrian Agama RI tersebut.

Namun, dibelakang panggung, bisik salah seorang fungsionaris partai politik pendukung kepada Daulat Riau menyatakan keheranannya kenapa yang dihadirkan adalah Said Agil. “Orang sudah tahu, bahwa Said Agil adalah mantan terpidana kasus korupsi dana haji,” ujarnya. Meski partainya mendukung Septina, namun ia pesimis Septina akan memenangkan pemilukada. “Lihat saja pendukung yang hadir. Panitia sehari sebelumnya mengatakan setidaknya ada 40 ribu simpatisan yang akan datang. Namun, faktanya sekarang di depan panggung saja tampak melompong,” ujar fungsionaris partai tersebut yang identitasnya Daulat rahasiakan.

Lukman Edi, tokoh nasional dari Riau menegaskan bahwa Septina memiliki jiwa kepemimpinan serta kepedulian yang tinggi. “Septina tumbuh dengan sukses mengemban berbagai organisasi kewanitaan di Riau ditengah kesibukannya sebagai istri Gubernur Riau,” ujar mantan Menteri Pemberdayaan Daerah Tertinggal (PDT) Kabinet SBY Jilid pertama ini. Lukman Edi yang lebih popular dengan inisial LE bahkan mengancam kader-kader partai maupun simpatisannya, manakala didapati ternyata ada kader-kader PKB di Kota Pekanbaru yang tidak mendukung pasangan Septina-Erizal Muluk. “Kita akan berikan sanksi tegas, kalau ada yang membelot,” ujar adik kandung Ketua DPD Partai Golkar Provinsi Riau dan Bupati Indragiri Hilir, Indra M.Adnan ini.

Panggung untuk ibu gubernur sudah didirikan dengan red karpet di depannya. Apakah Septina akan memenangi pemilukada Pekanbaru?Atau akan bernasib sama dengan sang adik yang “KO” di negeri seribu suluk. Jawabnya ada di rakyat Kota Pekanbaru yang akan memberikan suaranya pada 18 Mei nanti….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar