Jumat, 18 Maret 2011

Kisah Sang Teknokrat "Terdzalimi"

Laporan: Subur Ratno, Pekanbaru

FIRDAUS,MT, awalnya nyaris bukan siapa-siapa dalam kancah politik di Kota Pekanbaru. Ia hanya dikenal sebagai Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau. Mulanya tidak banyak yang memperhitungkan Firdaus MT dalam percaturan politik. Namun kini, popularitasnya menanjak tajam sebagai calon walikota Pekanbaru 2011-2016. Tercatat, ada 24 partai politik yang berada dibarisannya dan siap memenangkan dalam pemilukada yang akan digelar 18 Mei nanti. Total presentasi perolehan suara koalisi parpol tersebut pun melebihi 50 persen yakni menembus angka 54,7 persen. Diatas kertas, Firdaus sudah mengantongi modal yang besar. Seandainya perolehan suara parpol hasil pemilu 2009 lalu itu, berkorelasi sejajar dengan hasil pemilukada nanti, maka Firdaus dipastikan memenangi pemilukada. Citra sebagai figur yang “terdzalimi” dari orang nomor satu di  Riau menebar simpati dimana-mana.

Adalah Gubernur Riau, HM Rusli Zainal yang membawanya hingga “terlanjur” basah terjun di arena politik. Sejak diangkat menjadi Kepala Dinas Kimpraswil Provinsi Riau, ia banyak berdiskusi dengan sang gubernur. Menurut, gubernur flamboyant dari Riau itu seperti dituturkan kepada Daulat Riau beberapa waktu yang lalu, untuk membangun Riau perlu ada sinergi antara pemerintah provinsi dengan pemerintah kabupaten/kota . Ini bisa dilakukan apabila kepala daerah, baik gubernur maupun bupati dan walikota satu gerak dalam langkah dan pemikiran.  Sejak itu, gubernur selalu melibatkan Firdaus dalam berbagai diskusi. Mulai tahun 2007 dan 2008, gubernur memberikan lampu hijau kepada Firdaus dan mengatakan “Nanti pak Firdaus dipersiapkan untuk maju di Kota Pekanbaru,”.

Bulan Januari 2009, setelah sang gubernur memenangi pemilihan gubernur periode ke dua, ia memerintahkan Firdaus untuk segera melakukan sosialisasi. Tentang hal ini, dibenarkan oleh Suradi Paijan. Suradi yang merupakan tokoh masyarakat Jawa ketika dijumpai Daulat Riau, Rabu (9/3) mengatakan bahwa sudah dua tahun lalu bersama Firdaus berancang-ancang untuk bagaimana bisa menjadikan Firdaus sebagai calon walikota. “Semua itu saya lakukan atas petunjuk pak Gubernur dan pak Walikota,” ujar mantan anggota DPRD Riau ini.

Mulai saat itulah berbagai upaya sosialisasi terus dilakukan. Kalender tahunan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Riau yang menampilkan foto Firdaus selaku kepala dinas pun menghiasi rumah-rumah di sebagian besar masyarakat Kota Pekanbaru. Pelan tapi pasti, namanya pun makin dikenal. Namun, konsistensi Gubernur Riau tidak bertahan lama. Awal tahun 2010, Firdaus “ditelikung” sang gubernur. Gubernur menyodorkan nama lain untuk didukung menjadi walikota yang tidak lain adalah istrinya sendiri Septina Primawati. Sang teknokrat itupun ditinggal begitu saja oleh Rusli Zainal. Secara kasat mata, Firdaus telah “didzalimi” oleh penguasa Riau itu.

“Terus terang saja, awalnya saya sempat berfikir untuk tidak maju. Sebab, beliau-beliau yang dulu mempersiapkan saya sudah meninggalkan saya ditengah jalan,” ujar Firdaus ketika sang gubernur berubah haluan. Sebelum mengambil keputusan, Firdaus berdiskusi dengan masyarakat meminta masukan mulai dari tokoh-tokoh masyarakat sampai masyarakat awam yang paling bawah. Suara yang terdengar, “Jangan mundur pak, maju terus pak. Kami bersama bapak” Hal inilah yang mengurungkan niatnya untuk mundur. Suradi P yang sejak awal diperintahkan Gubernur untuk membantu pencalonan Firdaus, tidak serta merta mengikuti maneuver “gubernur”. Ia tetap pada jalur, mendukung Firdaus. “Hp saya ini langsung berhubungan dengan rakyat. Dan saya sudah berkeliling dan berkoak-koak bahwa saya mendukung penuh Firdaus atas restu beliau-beliau. Tak semudah itu saya mencabutnya,” kata Suradi P yang kini jadi Ketua Tim Pemenangan Firdaus Ayat ketika ditemui sesaat setelah penyerahan dukungan Partai Demokrat kepada pasangan Firdaus-Ayat di kantor KPU Pekanbaru.

Pengamat politik dari Universitas Riau, Saiman Pakpahan, Sip, MSi punya pendapat bahwa Firdaus MT seperti seorang figure yang dizalimi oleh incumbent. Citra seperti ini yang kemudian beroperasi kuat sehingga kemudian menebar simpati masyarakat. “Ini juga yang menjadikan teman-teman di partai politik bersimpati bahwa seorang Firdaus MT ternyata dizalimi oleh incumbent atau penguasa. Sehingga dia sepertinya layak untuk kita dekati, layak untuk kita dukung, layak untuk kita usung dan segala macamnya,” ujar Saiman kepada Daulat Riau ketika dijumpai di gedung PPIP Universitas Riau, Senin (12/3).

Sebagai seorang birokrat, Firdaus mempunyai pengalaman bekerja puluhan tahun di dua kota dan didalamnya ikut merancang bidang infrastruktur. Delapan tahun di Kota Batam, mulai dari Kota Batam berpenduduk 125 ribu jiwa hingga sampai berpenduduk 500 ribu jiwa. Demikian halnya di kota Pekanbaru sudah lebih dari 10 tahun. “Banyak hal yang sudah kami kerjakan baik dalam tataran rancangan perencanaan untuk penyediaan infrastruktur prasarana jalan, baik sejak saya menjadi Kepala Seksi Perencanaan Bidang Bina Marga, Kepala Bidang hingga menjadi Kepala Dinas Kimpraswil Riau,” ujar Firdaus sedikit mengurai dalam meniti karir di birokrasi.

Mantan Ketua DPRD Riau, drh Chaidir, MM memberikan apresiasi atas majunya Firdaus sebagai calon walikota Pekanbaru. “Sebagai sebuah kota yang sedang beranjak besar seperti Kota Pekanbaru ini memerlukan sosok seorang walikota yang mempunyai visi perencanaan. Jadi, secara substansial dia paham dengan perencanaan kota. Dan kelihatannnya sosok pak Firdaus memenuhi syarat untuk itu,” ujar Chaidir yang kini juga tercatat sebagai Wakil Ketua II DPD Partai Demokrat Provinsi Riau.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar